Berita & Media

BERITA TERKINI

"Tuhan Memilih Bumiputera Untuk Memberi Saya Rezeki Lebih Banyak"


Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec
Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara - Medan, Sumatera Utara

Ketika krisis moneter dipenghujung tahun 1998, banyak pemegang polis Bumiputera mengundurkan diri. Khususnya mereka yang memegang polis dalam mata uang dollar. Alasannya masuk akal, "tidak mampu membayar premi." Selangkah berikutnya, pabrik-pabrik, perusahaan berskala besar bertumbangan satu persatu. Dampaknya terasa disegala sendi kehidupan. Termasuk krisis SDM, PHK (Pemutusan Tenaga Kerja) dimana-mana, Harga melonjak tajam. Daya beli masyarakat menurun dan uang seakan tidak bernilai.

Bumiputera, sebagai institusi keuangan juga mengalami dampak signifikan. Banyak pemegang polis menebusan polis karena tidak mampu membayar premi dan juga membutuhkan uang demi melanjutkan hidup.

Jhon Tafbu Ritonga, dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, memiliki pengalaman menggembirakan. "Tuhan memilih Bumiputera Untuk Memberi Saya Rezeki Lebih Banyak. Terima kasih Bumiputera...." Ucapnya berseri-seri.

Ditemui di ruang kerjanya Senin sore, 21 November 2011, penasehat ekonomi sebuah Bank BUMN ini menceritakan banyak hal. Ekonom yang mantan wartawan ini juga menyarankan beberapa ide inovatif untuk Bumiputera. Simak penuturan lengkapnya kepada redaksi Bumiputera News, Primra Fakhda, Nurul Warapingka, ex PRO Bumiputera Wilayah Medan, dan Betly, kepala cabang Bumiputera Medan Baru berikut ini :

Untung berlipat
Salah satu polis yang saya miliki adalah asuransi haji Bumiputera dengan mata uang US.$ Dollar. Pada saat krisis moneter tahun 1998, nilai tukar dollar melonjak. Saat itu, saya menerima klaim. Siapa sangka saya bisa naik haji bersama isteri dari satu polis Bumiputera. Uangnya masih berlebih-lebih. Hehehe.... " Tak taulah, tak pernah kita bayangkan terjadi krisis yang mendatangkan riski berlimpah."

Jadi bagi saya yang percaya hidup ini sudah ada yang maha mengatur, saya percaya Tuhan akan membuat hidup saya enak terus. Apa yang saya impikan terwujud. Tuhan begitu sayang kepada saya. Seperti contoh yang saya alami pada saat menerima uang dari Bumiputera.

Yang hebatnya, tau gak? Memang begitulah takdirnya, setelah saya ambil uangnya saya setorkan ke BNI, kurs masih dalam dollar, pada saat naik haji kurs naik. Jadi, uang saya bertambah. Dua kali naik uang saya. "Terima kasih Bumiputera. Bumiputera telah dipilih oleh tuhan untuk memberi saya rezeki lebih banyak."

Dollar itu saya setorkan ke Bank untuk ONH bersama isteri. Disaat-saat akan berangkat haji, nilai tukar dollar naik lagi. Dan saya kembali mendapat keuntungan. Uang saya berlebih-lebih. Padahal, polis itu awalnya adalah asuransi haji untuk saya sendiri. Asuransinya atas nama saya, tapi uangnya bisa untuk naik haji berdua dengan isteri, Uangnya pun masih berlebih-lebih.

Saya pemegang polis Bumiputera sejak bujangan sampai sekarang, telah menjadi opung. Saya tetap pemegang polis Bumiputera yang setia. Beberapa waktu lalu, saya mendapat sejumlah uang. Saya fikir akan membelikan asuransi untuk cucu. Karena saya lagi senang-senangnya dengan cucu. Apakah Bumiputera punya polis untuk cucu? Kalau ada saya ingin tuh! Karena kasih sayang itu bukan hanya materi, tapi bisa ditunjukkan dengan asuransi bukan hanya untuk anak, tapi juga cucu. Atau, kita ingin membantu saudara keponakan tanpa diketahuinya. Saya ingin membantu mereka secara diam-diam dengan memberikan hadiah berupa nya polis asuransi. Kalau bisa, alangkah indahnya!

Mengembangkan sektor riil
Jika kita lihat bisnis media seperti Antara adanya pada tahun 1937, bisnis perbankan ada tahun 1946 yaitu BNI. tapi gurunya adalah Bumiputera. Kita tidak bisa bilang Bumiputera saat itu sebagai guru bangsa, karena tahun 1912 itu belum ada Bangsa Indonesia. Jauh sebelum ada Indonesia. Sumpah pemuda saja adanya pada tahun 1928.

Bagaimana kewira usahaan yang dulu dirintis pendiri Bumiputera ditularkan kepada masyarakat. Bagaimana orang bisa bikin pabrik, bikin kebon, bisa bikin Bank, bisa bikin asuransi. itu bukan sekolah yang bikin ia bisa. Tapi roh entrepreneurshipnya yang dilakukan pendiri Bumiputera dulu, jauh sebelum ada Indonesia. Belum terfikirkan merdeka. Indonesia baru ada sejak tahun 1928 kan? Sejak sumpah pemuda dideklarasikan.

Dari namanya saja "Bumiputera" menggambarkan pada bangsa ini, bahwa bukan hanya di Eropa ada perushaan berusia panjang, di Indonesia ada yang sudah sampai 100 tahun.

Saya mengimpikan Bumiputera mengembangkan sayap bisnisnya tidak hanya di sector financial. Bikin Bank oke, bagus-bagus saja. Bikin hotel iya. Tapi roh kewirausahaan Bumiputera perlu dikembangkan ke sector riil. Alangkah indahnya jika Bumiputera memiliki pabrik di Kalimantan, pabrik di Sumatera, punya perkebunan di Sulawesi, perkebunan di Riau. Saya kog optimis Bumiputera bukan hanya berkembang di sector financial. Bumiputera ikut share membangun Indonesia.

Pada akhirnya,Bumiputera akan menambah orang kaya Indonesia. Tidak sekadar mengurangi pengangguran, tapi bukan sekadar menjual pecal di pinggir jalan, karena tidak mungkin bisa menjadi pemegang polis Bumiputera. Tapi menciptakan orang kaya baru yang pada akhirnya melahirkan pemegang polis Bumiputera.

Nilai historis
Saya kira Medan saya satu pusat pertumbuhan asuransi yang baik di Indonesia setelah Jakarta, Bandung dan Surabaya. Saya melihat asuransi di Medan,dalam arti kata saya dengar orang datang kesaya, mahasiswa saya ada juga yang jadi professional karir di asuransi.

Saya kira banyak perusahaan asuransi masuk dan berkembang di Medan. jadi bukan Bumiputera saja. Makanya saya ingin mengingatkan Bumiputera cobalah bikin produk baru yang tak pernah dibayangkan orang. Seperti asuransi untuk cucu, asuransi untuk orang-orang terdekat, asuransi untuk sekolah pasca sarjana, atau untuk sekolah spesialis untuk dokter muda.

Dibanding joint venture, Bumiputera memiliki nilai historis yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Jadi, pegang aja deh kelebihan Bumiputera yang telah seratus tahun itu. Bangsa kita adalah bangsa yang setia pada sejarah. Surat kabar saja, kalau seorang sudah baca surat kabar itu sejak kecil, sampai tua dia akan baca surat kabar yang sama. Dia akan berlangganan surat khabar itu meskipun juga membeli surat khabar yang lain. Bumiputera ambil saja nilai sejarah itu, tidak perlu khawatir oleh perusahaan asing meskipun mereka membuat produk yang tidak sempat di buat Bumiputera.

Mengenai pelayanan? Dengan berat hati saya mengatakan, Bumiputera, orang yang bersejarah ini dalam melayani bisa ditingkalkan oleh pendatang baru. Pendatang baru sadar, kalau tidak mengutamakan pelayanan, dia akan ditinggalkan oleh masyarakat.

Kritik saya menjual produk agar menjual produk lebih proaktif. Mungkin dengan musim2 digital ini, Bumiputera menggunakan media seperti facebook, twitter. Soal marketing saya percaya Bumiputera lebih tahu karena sudah 100 tahun.

Saya just remind, agar Bumiputera menjual produk-produk yang bicara pada cucu, bicara pada orang yang disenangi. Tidak perlu terlalu heboh tapi ia tidak perlu tahu kalau kita membantu. "Saya senang pada seseorang, saya ingin menyumbang anak saudara, sepupu misalnya, saya bantu dia dari jauh melalui asuransi, dia tidak perlu tahu kan?"

Bumiputera bisa menciptakan hal yang tidak biasa. Misalnya bagaimana Anda menyiapkan diri menggarap pasar baru di Medan. Anda siapkan kebijakannya dari sekarang. Dulu Bumiputera telah memiliki penasehat ekonomi sebelum Bank yang kini memiliki penasehat enkonomi semuanya. Bumiputera perlu menghidupkan lagi penasehat ekonomi. ***Primra Fakhda/ Nurul Warapingka

Kembali ke halaman sebelumnya

 

Kembali ke atas